Senin, 26 November 2007

Fwd: [Republika Online] Anggaran Surplus Rp 17 Triliun



14 Nopember 2007
Anggaran Surplus Rp 17 Triliun

JAKARTA -- Tingginya harga minyak dunia dalam beberapa bulan terakhir, membuat penerimaan minyak dan gas (migas) dalam APBN Perubahan 2007 meningkat. Realisasi APBN 2007 sampai akhir Oktober pun menunjukkan surplus sebesar Rp 17,6 triliun.

Surplus ini disebabkan penerimaan negara yang meningkat, dan di sisi lain tingkat belanja ke daerah, belanja modal, dan belanja lain-lain mengalami penurunan. ''Dari sisi penerimaan negara hingga akhir Oktober 2007 mencapai Rp 524,3 triliun atau 75,5 persen dari target,'' ungkap Menkeu, Sri Mulyani, di hadapan Panitia Ad Hoc II dan IV DPD di Jakarta, Selasa (13/11). Dibanding dengan periode sama tahun lalu, APBN 2006 mengalami defisit Rp 19 triliun. Menurut Menkeu, lebih tingginya penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pajak bila dibandingkan APBN Perubahan 2006 merupakan penyebab surplus tersebut.

Penerimaan migas hingga akhir tahun diprediksi naik Rp 30,3 triliun menjadi Rp 181,5 triliun. PPh migas naik dari Rp 37,3 triliun menjadi Rp 43 triliun. Sedangkan PNBP migas naik dari Rp 113,9 triliun menjadi Rp 138,6 triliun. Dana bagi hasil migas yang disalurkan ke daerah juga naik dari Rp 21,9 triliun menjadi Rp 26,4 triliun. Kenaikan harga minyak bakal pula mengerek laba Pertamina dan BUMN pertambangan yang diprediksi naik Rp 2 triliun. Sementara, pungutan ekspor CPO diperkirakan naik Rp 1 triliun menjadi Rp 4 triliun hingga akhir tahun.

Menkeu juga menjelaskan, belanja modal hingga akhir Oktober 2007 baru mencapai 47,6 persen, lebih rendah dari tahun lalu yang 48 persen. ''Rendahnya belanja modal karena ada luncuran dari tahun lalu,'' jelas Menkeu. Demikian pula dengan belanja ke daerah yang mencapai 77,3 persen atau Rp 196,5 triliun. Nilai ini lebih rendah dari tahun lalu yang sebesar 83 persen.

Kenaikan harga minyak dunia berimbas pada cadangan devisa. Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Miranda Goeltom, cadangan devisa diperkirakan mencapai 56,665 miliar dolar AS hingga akhir tahun, naik dari prediksi BI semula 54,368 miliar dolar AS. ''Naiknya harga minyak dunia akan memberi dampak positif pada neraca pembayaran,'' paparnya. Dengan asumsi konsumsi BBM di dalam negeri stabil, kenaikan harga minyak akan membuat neraca migas surplus.

Defisit neraca migas, dapat diimbangi oleh surplus neraca gas yang lebih besar. Untuk merealisasikan target defisit APBN 2007 yang 1,5 persen atau Rp 50 triliun, tambah Menkeu, pemerintah harus menggenjot belanja modal dalam sisa waktu tahun ini. ''Agar sesuai target, pengeluaran harus lebih dari Rp 67 triliun,'' katanya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu, Anggito Abimanyu, menampik anggapan percepatan belanja modal akan berdampak pada melambungnya inflasi. ''Sebenarnya proyek-proyek pemerintah sudah berjalan, tapi ada dana yang belum dicairkan karena pembayaran dilakukan tiap termin,'' jelasnya. Sementara, anggota Komisi XI, Dradjad Wibowo, berpendapat, surplus yang terjadi di tengah target belanja yang belum tercapai bukan merupakan sinyal positif. Dia beralasan, jika hingga akhir Oktober belanja negara masih rendah, maka dalam dua bulan terakhir ini pemerintah bakal menggenjot pengeluaran.

''Akibatnnya belanja yang dilakukan bisa asal-asalan, pengerjaan proyeknya pun demikian. Ini bisa merupakan pemborosan,'' ujarnya. Surplus APBN akan bernilai positif, lanjut dia, jika memang belanja pemerintah memenuhi target dan penerimaan negara meningkat. n una


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=313732&kat_id=3