Senin, 26 November 2007

Fwd: [Republika Online] Meski Surplus, Defisit APBN Bisa Membengkak



15 Nopember 2007
Meski Surplus, Defisit APBN Bisa Membengkak

JAKARTA -- Realisasi APBN Perubahan (APBN-P) 2007 hingga 31 Oktober 2007 mengalami surplus Rp 17,6 triliun. Namun, hingga akhir tahun, ada kemungkinan defisit bertambah Rp 6,4 triliun. Pembengkakan defisit ini terjadi jika tambahan penerimaan lebih kecil dari tambahan belanja.

Dalam dokumen yang memuat perkembangan proyeksi realisasi asumsi makro dan APBN Perubahan 2007, penerimaan migas akan naik Rp 30,3 triliun menjadi Rp 181,5 triliun. Akan tetapi, belanja terkait migas membengkak Rp 36,7 triliun dari pagu APBN Perubahan senilai Rp 77,5 triliun.

Penambahan defisit itu setelah memperhitungkan komponen kenaikan harga minyak dunia, pergeseran nilai tukar rupiah, jumlah lifting minyak, dan parameter subsidi terhadap patokan awal anggaran. Simulasi kondisi APBN-P atas kenaikan harga minyak dunia itu belum memperhitungkan estimasi subsidi listrik yang naik Rp 11,1 triliun dari pagu Rp 32,4 triliun.

Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Econit, Hendri Saparini, meminta pemerintah memikirkan dampak kenaikan harga minyak terhadap pelemahan daya beli masyarakat. ''Kondisi industri perlu pula mendapat perhatian serius. Jadi, jangan cuma APBN-nya saja yang dipikirkan.'' Namun, Menkeu, Sri Mulyani, di depan Komisi XI DPR, Selasa (13/11), percaya APBN Perubahan 2007 tetap aman dan tak akan terjadi penambahan defisit melebihi Rp 58,2 triliun.

Mengenai dampak kenaikan harga minyak, Menko Perekonomian, Boediono, menyatakan, pemerintah akan menyiapkan jangkar ekonomi dengan mengamankan APBN sebagai langkah awal. ''Itu jangkarnya, yang penting aman dulu. Lalu, kita melihat apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki komposisi penggunaan energi kita. Konversi elpiji dipercepat, misalnya,'' papar dia.

Sementara, operator migas diminta untuk menggenjot produksi pada tahun ini dan tahun depan. Sebagai kompensasi, operator migas minta pemerintah merevisi aturan bea masuk peralatan pengeboran. Dalam rapat dengar pendapat antara Komisi VII DPR dan operator migas yang terdiri dari Chevron Pacific Indonesia, Total EP, CNOOC, Pertamina EP, ConocoPhillips, dan British Petroleum Ketua Komisi VII, Airlangga Hartanto, mengatakan, target lifting minyak tahun ini yang 950 ribu barel per hari kemungkinan besar tidak tercapai.

Pada triwulan III 2007 target lifting hanya 890 ribu barel per hari. Di triwulan IV 2007, produksi meningkat menjadi 960 ribu barel per hari. ''Kalau dirata-ratakan sepanjang tahun, 910 ribu barel per hari. Berarti tidak tercapai target.'' una/evy


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=313856&kat_id=3