Senin, 26 November 2007

Fwd: [Republika Online] RI Terima Medali Demokrasi



13 Nopember 2007
RI Terima Medali Demokrasi

NUSA DUA -- Indonesia menjadi negara pertama berpenduduk mayoritas Muslim yang dinilai melakukan proses demokrasi dengan sungguh-sungguh. Penilaian itu disampaikan oleh Asosiasi Internasional Konsultan Politik (IAPC).

''Bangsa Indonesia telah membuktikan pada dunia bahwa mengembangkan dan mempraktikkan sistem yang sungguh-sungguh demokratis tak bertentangan dengan Islam, yang justru menyemangati dan mendukung sistem demokrasi tersebut,'' kata Ketua Komite Konferensi Dunia IAPC ke-40, Pri Sulisto, di Nusa Dua, Bali, Senin (12/11).

Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, jelas Pri, Indonesia diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara-negara Islam lainnya untuk mengembangkan dan melaksanakan demokrasi. Islam sebagai agama perdamaian, menurutnya, merupakan rahmat bagi seluruh dunia.

Bukti bahwa Indonesia berhasil mengembangkan dan mempraktikkan demokrasi, kata Pri, terbukti dengan suksesnya pemilu yang mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari parpol baru terbentuk, menjadi presiden. ''Transisi kekuasaan yang lancar dan damai mencerminkan kesadaran rakyat Indonesia terhadap demokrasi cukup besar,'' kata Co Chairman Komite Konferensi Dunia IAPC ke-40, Robert Murdoch.

Untuk mengakui prestasi Indonesia serta memperjuangkan demokrasi di kawasan Asia Pasifik dan dunia Islam, IAPC memberi penghargaan Democracy Award (Medali Demokrasi) kepada bangsa Indonesia yang diterima oleh Presiden. ''Ini adalah kali pertama Medali Demokrasi diberikan kepada rakyat sebuah negara,'' kata Presiden IAPC, Ben Goddard, dalam kata sambutannya.

IAPC adalah organisasi profesi yang memperjuangkan demokrasi di seluruh dunia. IAPC juga menganugerahi penghargaan demokrasi kepada negara yang dinilai berhasil melaksanakan demokrasi. Medali Demokrasi IAPC sebelumnya telah dianugerahkan, antara lain, kepada mantan presiden Filipina, Corazon Aquino; mantan PM Inggris, Margaret Thatcher; mantan presiden Rusia, Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin; Presiden AS, Jimmy Carter; serta Aung San Suu Kyi dari Myanmar.

Dalam kata sambutannya, SBY menyatakan bahwa demokrasi di Indonesia yang semula dikhawatirkan tak berlangsung lama karena penduduknya yang berjumlah besar belum siap, ternyata justru menghasilkan stabilitas politik. Reformasi TNI berjalan, demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi. ''Islam dan modernitas berjalan bergandengan tangan. Demokrasi kita sekarang menghasilkan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah krisis keuangan,'' jelas Presiden.

Permasalahan politik yang kadang muncul di negara demokrasi, urai SBY, namun tak pernah ada isu ancaman mengenai perebutan kekuasaan. ''Meski publik kehilangan kepercayaan pada politisi, lembaga, atau kebijakan, kepercayaan pada nilai demokrasi tidak tergoyahkan dan dalam faktanya semakin meningkat. Kesimpulannya sangat jelas, bahwa demokrasi ada di sini di Indonesia secara permanen,'' paparnya. Kendati demikian, Indonesia masih menghadapi masa-masa kritis. ''Adalah penting bagi Indonesia agar proses demokratisasi tersebut menjadi lebih memasyarakat,'' tambahnya. osa


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=313583&kat_id=3