Senin, 26 November 2007

Fwd: [Republika Online] RI Kaji Transaksi Minyak tanpa Dolar



19 Nopember 2007
RI Kaji Transaksi Minyak tanpa Dolar

RIYADH -- Indonesia akan mempertimbangkan gagasan Iran untuk mengganti mata uang dolar AS ke mata uang euro atau lainnya dalam melakukan transaksi minyak internasional. Pernyataan itu disampaikan Wapres, Jusuf Kalla, usai pertemuan bilateral dengan Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad.

''Gagasan Iran mengganti dolar AS dengan euro karena lebih stabil. Kenapa nggak dengan dinar saja yang lebih memiliki value,'' ujar Kalla di Riyadh, Arab Saudi, Ahad (18/11), sebagaimana dilaporkan wartawan Republika, Agung P Vazza.

Dalam pembicaraan di sela Pertemuan Puncak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) ke-3 itu, Wapres mengakui jika bicara dalam konteks negara-negara Islam, kenaikan harga minyak dunia hanya dinikmati 25 persen penduduk. Selebihnya, 75 persen, justru mengalami kesulitan, termasuk negara berkembang.

Apalagi, nilai tukar dolar AS terus terdepresiasi cukup besar. Kondisi ini, menurut dia, justru tidak menguntungkan.

''Kita akan coba membicarakan soal penggunaan mata uang dalam transaksi minyak ini, nanti, di dalam pertemuan puncak Organisasi Konferensi Islam (OKI) tahun depan di Senegal,'' jelas Kalla.

Sebagian besar peserta pertemuan puncak OPEC kali ini menolak pembahasan perubahan mata uang dari dolar AS ke lainnya dalam melakukan transaksi minyak. Namun, salah satu solusi, tambah Wapres, mengutip pernyataan Presiden Venezuela, Hugo Chavez, pada pembukaan pertemuan puncak, Sabtu (17/11), adalah membuat dua harga.

Satu harga dengan mata uang tertentu untuk negara-negara industri, dan harga lain, dengan mata uang lain, untuk negara-negara berkembang. ''Kita tidak masalah dengan hal itu,'' jelasnya.

Sebab, Indonesia merupakan negara produsen, tapi juga masuk kategori negara berkembang. ''Hal yang sama juga dialami Iran, Venezuela, dan Nigeria, yakni negara produsen tapi berkembang dan jumlah penduduknya besar.''

Sementara, Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, menyatakan, minyak merupakan faktor fundamental bagi perkembangan masyarakat internasional. ''Karena itu, minyak sebaiknya hanya digunakan sebagai energi yang konstruktif bagi kepentingan bersama masyarakat internasional,'' katanya saat membuka pertemuan tersebut.

Minyak, tegasnya, bukan untuk memicu konflik demi memuaskan kepentingan satu-dua orang saja. ''Minyak hanya untuk membangun, bukan untuk menghancurkan.''

Ketegasan Raja Abdullah ini mendapat sambutan hangat dari peserta konferensi, khususnya Presiden Venezuela, Hugo Chavez. Dalam pidatonya, Chavez mengatakan, negara-negara OPEC menginginkan stabilitas harga dan suplai minyak.

Negara-negara OPEC juga harus lebih aktif secara geopolitis. ''Kita harus memiliki keberanian meminta negara-negara kuat untuk menghentikan ancaman terhadap negara-negara anggota OPEC,'' kata Chavez.

Sedangkan dalam pidato resminya saat pembukaan pertemuan tersebut, Wapres Jusuf Kalla kembali menegaskan tentang pentingnya mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim. Soal ini, Wapres menggulirkan gagasan oil for forest dan oil for education.


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=314245&kat_id=3